Kupang, citranusaonline.com - Alokasi angaran untuk proyek kelor yang dikampanyekan Gubernur Viktor Laiskodat, diduga dipangkas sekitar Rp 11 milyar oleh Tim Anggaran dan Pemerintah Daerah (TAPD) dari usulan awal sekitar Rp 12 M.
Informasi yang dihimpun dalam investigasi yang dilakukan media ini pada Januari 2019, menunjuk pada awalnya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan mengusulkan anggaran sekitar Rp 12 milyar untuk Pengembangan Kelor dan pengadaan mesin pengering daun kelor kepada TAPD NTT.
Namun usulan tersebut dirasionalisasikan dan dipangkas oleh TAPD dengan total dana menjadi
sekitar Rp 2 milyar. Kemudian dirasionalisasikan menjadi hanya Rp 800 juta dalam Rancangan APBD NTT tahun 2019 yang diusulkan ke DPRD NTT.
Dalam pembahasan Pemprov dengan Komisi IV DPRD NTT yang dituangkan dalam Laporannya, Komisi IV menilai usulan anggaran Rp 800 juta tersebut terlampau kecil untuk melaksanakan program kelor yang menjadi salah satu program utama Gubernur Laiskodat. Namun Pemprov tidak menambah alokasi dana tersebut, sebaliknya justru menguranginya sekitar 100 juta, menjadi Rp 700 juta.
"Gubernur Viktor Laiskodat berapi-api kampanyekan kelor. Bahkan datangkan Slank untuk kampanyekan kelor tapi saya merasa aneh kenapa usulan anggaran untuk proyek kelor dipangkas dari sekitar Rp 12 milyar menjadi sekitar Rp 700 juta saja," ungkap sumber yang tak mau namanya disebut pada Januari 2019 lalu.
Sementara itu, sumber citranusaonline.com di Dinas Pertanian NTT yang sempat ditemui pada Januari 2019 lalu, membenarkan adanya pemangkasan anggaran proyek kelor tersebut. "Adik tahu darimana? Anggarannya masih dirasionalisasi kembali. Jangan ditulis dulu, karena kita belum tahu pasti berapa anggaran yang akan ditetapkan nanti," ujarnya.
Namun hasil rasionalisasi dari tim anggaran tersebut, kemudian dirasionalisasikan lagi menjadi Rp 800 juta di Rancangan APBD 2019. Lalu dirasionalisasikan lagi dalam APBD NTT 2019 menjadi hanya sekitar Rp 700 dalam Perda APBD NTT Tahun 2019.
Seperti diberitakan media ini sebelumnya, pejabat Pelaksana Tugas (PLT) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT yang dikonfirmasi media ini Selasa (18/6/19) mengatakan, alokasi anggaran untuk pembibitan kelor dan alat pengering kelor hanya sekitar Rp 700 juta. "Alokasi anggaran untuk kelor tahun 2019 ini sekitar Rp 700 juta," ujarnya.
Menurut Miqdont, alokasi anggaran untuk pengembangan kelor hanya sekitar Rp 700 juta karena program tersebut belum dapat dikembangkan secara besar-besaran. "Ini komoditi baru sehingga masyarakat belum terbiasa. Jadi belum bisa dikembangkan secara besar-besaran," jelasnya.
Selain itu, lanjut Miqdont, pihaknya terbentur masalah ketersediaan benih untuk pengembangan secara besar-besaran. "Kita belum punya kegiatan khusus benih atau kebun benih untuk menyediakan benih yang cukup pengembangan secara besar besaran," katanya.
Miqdont merincikan, alokasi anggaran sekitar Rp 700 juta tersebut di peruntukan untuk penyediaan benih sekitar Rp 100 juta pada lahan 135 Ha di daratan Timor. "Sedangkan Rp 600 juta untuk pengadaan 6 unit sarana pengering. Total anggarannya Rp 700 juta," tuturnya.
Padahal, seperti diberitakan oleh berbagai media lokal dan nasional, Gubernur NTT, Viktor Laiskodat mengkampanyekan pengembangan kelor dalam berbagai kesempatan. Menurut Laiskodat, selain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat (ekspor daun kelor), kelor juga dapat meningkatkat status gizi masyarakat NTT agar bisa keluar masalah gizi buruk dan stunting (proses pengerdilan tubuh, red).
Bahkan Gubernur Laiskodat mengeluarkan Instruksi Gubernur kepada semua Dinas dan Badan untuk menggunakan pangan berbahan kelor dalam berbagai acara danm penerimaan tamu di tingkat provinsi NTT. (cn/ian)
No comments:
Post a Comment