• Jelajahi

    Copyright © Citra Nusa Online

    Iklan

    Iklan

    Mengintip Recorvery Ekonomi Ala Bank NTT

    PT Mitratin Group
    Tuesday, October 29, 2019, October 29, 2019 WIB Last Updated 2021-07-22T10:01:31Z

    DALAM kepemimpinan Dirut Bank NTT, Izhak Eduard Rihi, Bank NTT terus mekakukan pembenahan internal menuju pelayanan yang lebih sungguh.  Namun Bank NTT tak melupakan perannya dalam pembangunan ekonomi NTT.

    Mau tahu apa saja yang dilakukan Bank NTT untuk memacu recorvery ekonomi NTT? Mari kita intip berbagai kiat dan upaya Bank NTT membangun ekonomi NTT.

    Direktur Bank NTT, Izhak Eduard Rihi yang ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis (24/10/19) mengatakan, sejak memimpin Bank NTT, pihaknya telah melakukan berbagai  kiat dan upaya untuk me-recorvery ekonomi NTT.

    Menurutnya, recorvery ekonomi NTT berawal dari kenyataan bahwa masalah pembangunan NTT  bukan pada masalah ketiadaan/keterbatasan uang atau keterbatasan sumber daya di NTT.

    “Tapi masalahnya adalah belum ada integrasi antara semua pemangku kepentingan (stake holder) pembangunan di NTT,” ungkap Izhak.


    Saat ini, lanjutnya, setiap komponen pemerintah dan masyarakat  masih bekerja dengan cara sendiri-sendiri untuk membangun NTT. “Karena itu diperlukan sinergi dan kolaborasi dari semua stake holder, baik pemerintah, swasta dan coorporasi,” kata Izhak.

    Apalagi, jelasnya, NTT sebagai daerah kepulauan membutuhkan suatu sistem yang mengintegrasikan semua elemen pemerintah daerah dan masyarajat. “Jadi kita butuh sentuhan teknologi yang mengintegrasi dan mengkolaborasikan semua elemen pembangunan NTT,” jelas Izhak.

    Hal itu, lanjutnya, harus dimulai dari maintenance ekonomi rakyat. “Kita harus mulai mengubah mindset ekonomi rakyat NTT. Dari pola konsumsi menjadi produksi. Dari menanam untuk makan menjadi menanam untuk dijual,” jelas Izhak.

    Untuk itu, paparnya, harus ada raw material (bahan mentah) yang disiapkan untuk industri sehingga investor bisa masuk untuk memproduksi produk olahan. “Kita harus mulai membiayai UMKM,” tandasnya.

    Menurut Izhak, masyarakat akan sejahtera jika merubah pola hidup konsumtif menjadi pola hidup produktif. “Kalau mau sejahtera, kita harus jual produk. Jualan kita apa? Kita tidak bisa hanya jual sapi hidup saja tapi kita harus jual produk olahan dari sapi,” paparnya.

    Dari konsep pemikiran seperti yang dijelaskannya, maka diperlukan suatu sistem yang terintegrasi. “Sistem itu namanya INTERCOST, Integreted Economi Recovery Online Sistem.  Semua  stake holder bisa terintegrasi dan bersinergi di dalam dalam suatu sistem,” kata Izhak.

    Dalam sistem itu, jelasnya, semua stake holder terkoneksi, baik Pemda, corporasi, laku pandai, kelompok masyarakat, kelompok adat dan lainnya. “Kita buat lembaga ekonominya. Kita gunakan sistem terkoneksi,” ujarnya.

    Pihaknya, lanjut Izhak, akan melakukan mapping (pemetaan, red) ekonomi masyarakat di daerah. “Potensi ekonominya apa? Aset produktifnya apa? Bagaimana lembaga ekonominya?” jelasnya.

    Selanjutnya, Bank NTT akan melakukan intervensi pembiayaan. “Sehingga kita bisa kasih KUR, kedit-kredit kecil, sampai skema industri kecil, menengah dan besar,” ujar Izhak.

    Dengan skema itu, katanya, pemerintah hanya sebagai regulator dan fasilitator. Sedangkan pola penyaluran dana pemberdayaan ekonomi melalui perbankan, menggunakan skema sebagai kredit perbankan. “Bank yang salurkan kredit sehingga masyarakat harus bayar kembali,” ujarnya.

    Sebelumnya, papar Izhak, pemerintah yang berada di depan lewat dana-dana pemberdayaan ekonomi. Karena itu masyarakat menganggap dana pemberdayaan ekonomi itu sebagai dana hibah sehingga sulit dikembalikan.

    “Kalau bank yang menyalurkan maka itu skema kredit perbankan sehingga harus dikembalikan dan bank memastikan itu berjalan,” ujarnya dengan yakin.

    Pemerintah, lanjut Izhak, hanya memfasilitasi masyarakat dan investor serta membuat regulasinya. “Kira-kira begitu model dari integrated economy recorvery yang saya bilang tadi. Itu model pemberdayaan ekonominya,” katanya.

    Lalu pertanyaannya, kata Izhak,  bagaimana kita menjual produknya? “Kita pakai NTT Pay. Jadi kalau mau jual produk, kita pakai NTT Pay,” tandasnya.

    Dengan NTT Pay, papar Izhak, pihaknya akan memberikan berbagai layanan mulai dari pembukaan rekening, transfer, pembayaran-pembayaran, pembelian produk-produk daerah, Pembayaran pulsa, pajak daerah, pembayaran di Samsat, pesan kamar hotel/homestay/penginapan milik masyarakat.

    “Saat ini, sistem NTT Pay masih berbasis dekstop tapi kita sedang siapkan untuk bisa mobile dengan HP android. Kalau sudah berbasis mobile, kita gunakan QR Code,” katanya.


    Dengan demikian, jelasnya, masyarakat tidak perlu menggunakan uang tunai dalam melakukan transaksi keuangan/jual-beli.

    “Jadi kita tidak pakai uang untuk membayar, cukup tempelkan QR Code yang ada di android. Kita lagi siapkan itu, sekarang kita masih berbasis desktop, belum mobile,” ujar Izhak. (cn/adv/tim)
    Komentar

    Tampilkan

    No comments:

    Terkini