![]() |
Embung Tempat Minum Ternak yang dikonsumsi warga Desa Taebone, TTS. |
SoE, Citra Nusa Online.Com - Sekitar seribu warga Desa Taebone, Kecamatan Fatukopa, Kabupaten TTS, Provinsi NTT hidup merana tanpa sumber air bersih. Kekeringan yang melanda Desa Taebone memaksa warga setempat mengkonsumsi air dari embung yang keruh, kotor dan berbau yang dijadikan tempat minum ternak.
Sebelum kekeringan melanda, warga Desa Taebone menggantungkan kebutuhan air untuk keperluan hidup sehari-hari pada aliran air di Kali Boen. Walapun untuk mencapai Kali Boen, warga harus berjalanan hingga belasan kilo meter untuk mencapai Kali Boen yang dijadikan sumber air.
Karena jarak yang jauh, mereka hanya dapat membawa air bersih dalam volume yang terbatas. Air hanya diisi ke dalam jerigen-jerigen 5 liter ke untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun saat ini, Kali Boen yang dijadikan satu-satunya sumber air bersih bagi warga Desa Taebone juga mengering. Akibatnya, warga semakin merana dan terpaksa mengkonsumsi air yang diambil dari embung yang selama ini dijadikan tempat minum ternak.
Seperti disaksikan disaksikan Citra Nusa, warga setempat sangat kesulitan mendapatkan air bersih untuk sehari-hari. Pakaian dan tubuh anak-anak tampak kotor dan kumal karena kekurangan air bersih untuk mandi dan mencuci pakaian.
Kali Boen sebagai satu-satunya sumber air bagi warga Desa Taebone tampak mengering. Terlihat bekas-bekas genangan air pada aliran air kali. Pasir dan kerikil masih tampak basah namun tak ada air yang mengalir di kali tersebut.
Sementara itu, embung yang saat ini dijadikan sumber air bagi warga tampak keruh dan kotor. Terlihat beberapa ekor sapi sedang minum di embung tersebut. Terlihat banyak bekas kaki hewan pada lumpur di sekitar embung yang saat ini dijadikan sumber air bagi warga Taebone.
Salah satu tokoh agama di Desa Taebone, Pdt. Frans Nahak yang ditemui media ini mengakui, warga Desa Taebone mengalami kekeringan dan krisis air bersih. “Masyarakat yang selama ini mengandalkan air dari kali Boen. Namun saat ini, kali Boen juga mengering,” ungkapnya.
Menurut Nahak, ada sebuah embung yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) TTS. “Namun bendungan tersebut tidak terawat maka dijadikan tempat minum ternak. Tapi karena kesulitan air bersih maka air embung dari embung itu juga dikonsumsi oleh warga Desa Taebone,” katanya.
Tidak hanya itu, warga setempat pun tak mampu membeli air bersih yang harganya mencapai Rp 600 ribu per tanki 5000 liter. “Untuk membangun gereja beberapa waktu lalu, warga patungan membeli air seharga Rp 600 ribu per mobil tanki,” ujar Nahak.
Nahak mengharapkan perhatian dari Pemkab TTS dan Pemprov NTT untuk mengatasi kesulitan air bersih di Desa Taebone. “Kami harap Pemkab TTS dan Pemprov NTT tidak ‘tutup mata’ dengan kekeringan yang dialami warga Taebone,” tuturnya.
Ia berharap ada bantuan dan uluran tangan dari Pemkab TTS, Pemprov NTT maupun lembaga lain untuk mengatasi kekeringan saat ini. “Kami juga berharap, ada program air bersih untuk mengatasi kekeringan yang setiap tahun dialami oleh masyarakat Desa Taebone,” katanya. (cn/cos)
No comments:
Post a Comment