Excavator PT. AGG yang diparkir di Desa Rana Mbata, Kec. Kota Komba, Kab. Manggarau Timur. (Video: Fabi, 8/2/20) |
Kupang, Citra Nusa Online.Com - PT. Agogo Golden Group (AGG) seakan acuh - tak acuh bahkan terkesan 'meninggalkan' Pekerjaan Proyek Jalan Provinsi, Ruas Bealaing – Mukun – Mbazang Rp 14,1 Milyar yang hingga saat ini realisasi fisiknya baru sekitar 50-an persen.
Perusahaan tersebut seakan tak mempedulikan batas waktu penyelesaian pekerjaan hingga akhir Pebruari 2020 yang diberikan Wakil Gubernur NTT, Yoseph Nae Soi saat berkunjung ke lokasi proyek tersebut pada pertengahan Januari 2020. Kontraktor tersebut lebih memilih untuk mengerjakan Proyek Jalan Nasional, ruas Ende-Detusoko senilai Rp 15 Milyar yang progresnya hingga pekan lalu baru sekitar 10 persen.
Seperti disaksikan Tim Media ini pada Sabtu (8/2/20) pekan lalu, tak ada aktivitas pekerjaan di ruas jalan tersebut. Tak terlihat seorang pun tenaga kerja PT. Agogo Golden Group di ruas jalan tersebut. Tampak 1 unit excavator dan 1 unit Vibrator hanya diparkir di Desa Rana Mbata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (pada titik pekerjaan hotmix 2 km, red).
Hal yang sama juga terjadi pada titik pekerjaan perkerasan jalan 10 km. Seperti disaksikan Tim Media ini, tidak ada aktivitas tenaga kerja dan peralatan sama sekali di ruas jalan tersebut. Excavator yang sebelumnya menggusur bukit untuk pelebaran badan jalan di Desa Panwaru, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai, telah diangkut oleh PT. Agogo Golden Group.
Sebaliknya, pantauan Tim Media ini terlihat ada konsentrasi peralatan, kendaraan, dan tenaga kerja PT. Agogo Golden Group di ruas jalan nasional. Informasi yang dihimpun, para tenaga kerja dan peralatan dikerahkan untuk mengejar progres fisik Jalan Nasional, Ruas Ende – Detusoko yang baru mencapai sekitar 3 persen pada 31 Desember 2019. Sedangkan saat ini, berdasarkan pantauan Tim Media ini, progres fisik Proyek Jalan Nasional, ruas Ende – Detusoko senilai Rp 15,7 Milyar tersebut baru sekitar 10 persen.
Seperti disaksikan Tim Media ini pada Senin (10/2/20) sekitar Pukul 09.30 Wita, di ruas Jalan Nasional tersebut tampak 2 unit excavator sedang melakukan aktivitas. Dua unit alat berat itu sedang mengangkut material hasil gusuran pelebaran dan dipindahkan ke belasan dump truck di Desa Wolofeo dan Desa Detusoko.
Tampak juga 1 unit Greder sedang meratakan tanah hasil gusuran pada tempat pembuangan material di tepi jalan. Tampak satu kelompok pekerja sedang mengerjakan pasangan dinding penahan dan drainase di Desa Wolofeo. Sedangkan beberapa dump truck sedang antri untuk menunggu muatan material hasil gusuran dari excavator.
Kepala Dinas PUPR NTT, Maksi Nenabu yang dikonfirmasi Tim Media ini membenarkan bahwa Wagub NTT, Yoseph Nae Soi memberikan batas waktu penyelesaian pekerjaan hingga akhir Februari. “Memang sesuai PMK, diberi waktu sampai 90 hari kalender (terhitung hingga 13 Maret 2020, red). Namun Pemprov sengaja memberikan batas waktu hingga akhir Februari 2020 agar kontraktor mempercepat penyelesaian pekerjaan proyek tersebut,” jelas Nenabu yang ikut dalam tim kunjungan Wagub Nae Soi saat itu.
Nenabu tampak kaget ketika mengetahui tak ada aktivitas tenaga kerja dan peralatan di lokasi item pekerjaan hotmix 2 km di Desa Rana Mbata, Kecamatan Kota Komba hingga item pekerjaan perkerasan jalan di Mamba, Desa Panwaru, Kecamatan Elar Selatan.
Padahal seperti disaksi Tim Media ini banyak item pekerjaan yang belum dikerjakan seperti deker-deker, dinding penahan dan drainase. Bahkan sekitar 100 meter drainase dan dinding penahan di Desa Rana Mbata (lokasi pekerjaan hotmix 2 km, red) tampak patah dan amblas akibat kikisan air.
Nenabu berjanji akan meminta PT. Agogo Golden Gruop untuk lebih konsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaan jalan propinsi. “Kalau tenaga kerja dan peralatannya dikonsentrasikan untuk pekerjaan jalan nasional, bagaimana dia (kontraktor, red) bisa menyelesaiakan pekerjaan propinsi tepat waktu. Saya akan buat teguran untuk kontraktor,” tandasnya.
Namun menurut Nenabu, dari laporan yang ia terima, saat ini kontraktor sedang melakukan penggusuran dari Mbazang menuju Elar Selatan. “Saya dapat laporan bahwa kontraktor sudah mulai melakukan penggusuran dari ujung timur ruas jalan tersebut,” katanya sambil menunjukan foto-foto penggusuran di HP-nya.
Seperti diberitakan berbagai media sebelumnya, progres fisik Jalan Propinsi, ruas Bealaing – Mukun – Mbazang senilai Rp 14,1 Milyar hingga 10 Januari 2020 baru sekitar 50 persen. Item pekerjaan hotmix sepanjang 2 km belum dikerjakan. Ratusan meter drainase yang dikerjakan telah patah, rusak dan hancur. Sedangkan untuk item pekerjaan perkerasan jalan, baru dikerjakan sekitar 5 km dari kontrak sepanjang 10 km.
Sedangkan progres fisik Jalan Nasional, ruas Jalan Ende-Detusoko senilai Rp 15,7 Milyar baru sekitar 3 persen atau blum mencapai 10 persen. Padahal uang muka yang telah dicairkan sekitar 20 persen.
Item pekerjaan yang telah dikerjakan di ruas Ende-Detusoko pada tanggal 12 Januari 2020, baru pada tahap penggusuran bukit/tanah. Itupun belum selesai digusur. Bahkan material hasil gusuran belum diangkut dan masih membentang dari Desa Wolofeo hingga Desa Detusoko, Kecamatan Lio, Kabupaten Ende.
Setelah adanya pemberitaan media tentang progres fisik Jalan Nasional yang rendah, Kepala Balai Jalan Nasional X Kupang, Mochtar Napitupulu melakukan pemeriksaan mendadak terhadap progres fisik Jalan Nasional, ruas Gako-Aegela Rp 18 milyar dan ruas Ende – Detusoko Rp 15,7 Milyar.
Sementara itu, Wagub Yoseph Nae Soi melakukan inspeksi mendadak untuk melihat secara langsung progres fisik Jalan Propinsi, Ruas Bealaing - Mukun - Mbazang senilai Rp 14,1 Milyar tersebut. Menyaksikan progres fisik pekerjaan proyek peningkatan jalan di Matim tersebut yang masih rendah, Wagub Yoseph Nae Soi marah dan memberikan batas waktu hingga akhir Februari 2020.
“Kemarin, saya sudah lihat di segmen Riung (Kabupaten Nagekeo) menuju Wae Kulambu sudah hotmix, bagus. Pagi tadi di Wae Pada sampai Mbazang sudah di hotmix, bagus. Ini sampai disini saya lihat belum. Istilah mangkrak ini, saya tidak tahu. Mau dipakai kata mangkrak atau tidak terserah. Tapi saya bilang ini belum selesai,” tandas Wagub Nae Soi kepada iNews TV.
Menurut Nae Soi, ia akan menyakan dengan sungguh-sungguh dan tegas kepada kontraktor, masih sanggup nggak menyelesaikan pekerjaan? “Jadi alasan-alasan seperti alasan cuaca, saya tidak mau dengar. Sebab ketika anda menang dan ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan itu, anda sudah tahu kondisinya. Tidak boleh ada alasan itu,” tegasnya.
Sebab, lanjut Wagub Nae Soi, sejak awal kontraktor menang tender dan ditunjuk melaksanakan pekerjaan, kontraktor tersebut sudah memperhitungkan kondisi lokasi proyek. “Tidak ada alasan jarak jauh, cuaca atau kondisi di sini. Itu sudah diperhitungkan,” tandasnya.
Oleh karen itu, Wagub Nae Soe meminta kepada Kepala Dinas PUPR Provinsi NTT, Maksi Nenabu yang ikut dalam kunjungan tersebut untuk benar-benar menyeleksi kemampuan kontraktor yang akan bekerja di daerah tersebut. “Oleh karena itu Pak Kadis, ke depan, para kontraktor yang kerja harus tahu persis kondisi di sini. Kalau sanggup kerja, tidak sanggup jangan kerja,” tegasnya. (cn/tim)
No comments:
Post a Comment