Kupang, Citra Nusa Online.Com - Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) jenis tikus menyerang sekitar 6,9 Ha tanaman jagung dan melahap biji jagung muda milik sejumlah petani di Desa Pepageka, Kecamatan Kelubagolit, Kabupaten Flores Timur, NTT dalam sepekan terakhir.
Hama tikus tersebut hingga pekan lalu telah menyerang kebun jagung milik 11 orang petani di Desa Pepageka. Serangan tikus itu meresahkan petani di desa tersebut karena harapan akan panen yang melimpah menjadi sia-sia.
Menyadari akan hal itu, para petani segera melaporkan serang tikus tersebut kepada aparat Desa Pepageka. Mendapat laporan warga, Kepala Desa Pepageka, Basir Kebesa Raya merespon dengan cepat laporan warganya.
Kepala Desa Pepageka, Basir Kabesa Raya yang dikonfirmasi, menggakui telah menerima laporan warganya dan langsung mengambil tindakan cepat dengan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Flores Timur untuk mengatasi serangan hama tikus di desanya. “Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Flotim telah memberikan bantuan berupa pestisida Rodentisida khusus untuk tikus sebagai upaya pengendalian,” ujarnya.
Menurut Kades Basir, serangan hama tikus tersebut daoat mengakibatkan gagal panen jagung di desanya. “Jika terjadi gagal panen, maka akan berdampak pada ketersediaan pangan warga. Bisa terjadi kerawanan pangan dan menurunnya gizi keluarga.
“Setidaknya ada 11 petani jagung yang menyampaikan kasus serangan hama tikus dengan total luas serangan mencapai 6,9 Ha. Semuanya diakomodir dan dapat bantuan pestisida,” ujar Basir.
Menurutnya, bantuan tersebut langsung dibagikan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan pada saat itu juga. “Petani jagung menerima bantuan pestisida rodentisida dan memperoleh petunjuk penggunaannya dari petugas,” katanya.
Basir menjelaskan, pestisida tersebut tekah diaplikasikan oleh para petani jagung. “Cara penggunaanya dengan meletakan butiran rodentisida dijalur tikus dan ketika tikus melewati jalur tersebut maka akan mati. Hal ini setidaknya mampu meminimalisir tingkat serangan yang semakin meluas,” paparnya.
Meski demikian, lanjut Basir, perlu ada sistem deteksi dini (early warning system) terhadap potensi kerawanan pangan akibat gangguan hama maupun penyakit tanaman ditingkat desa di waktu yang akan datang.
Tindakan pengendalian dengan pestisida, jelas Basir, merupakan langkah alternatif terakhir sekaligus tanggap darurat jika alternatif lainnya tidak mampu dilakukan. “Pengendalian hama dan penyakit tanaman memiliki konsepsi yang jelas dengan beberapa model pengendaliannya diantaranya dengan cara mekanis, biologis dan juga pendekatan lokal wisdom (kearifan lokal),” katanya. (cn/boro bebe riantobi)
No comments:
Post a Comment