![]() |
Pulau Menipo di Kawasan TWA Menipo |
BELUM banyak wisatawan yang
mengenal Taman Wisata Alam (TWA) Menipo, padahal kawasan ini memiliki pesona yang luar
biasa. Sebagian wisatawan yang pernah sampai ke TWA Menipo berdecak kagum akan
keindahannya. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai ‘surga’ yang tersembunyi di selatan
Pulau Timor.
Di TWA Menipo terletak di Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, NTT. Di kawasan ini anda akan disuguhkan pemandangan alam dan atraksi berbagai
jenis fauna yang menakjubkan. Bahkan mungkin tak pernah anda lihat sebelumnya
di kawasan lain. Di TWA ini anda bisa melihat buaya putih yang dimitoskan
sebagai leluhur suku tertentu di Pulau Timor.
Di sore hari anda akan disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Di sore
hari, anda akan menyaksikan ribuan kelelawar yang mendiami hutan Pulau Menipo
akan terbang keluar dari sarangnya untuk mencari makan di daratan Pulau Timor.
Saat fajar tiba, ribuan kelelawar ini akan kembali ke peraduannya di Pulau
Menipo.
![]() |
Ribuan Kelelawar di TWA Menipo |
Saya termasuk orang yang beruntung karena pernah menyaksikan beberapa kali atraksi
ribuan kelelawar yang terbang rendah beberapa tahun lalu. Bahkan ada beberapa ekor
kelelawar yang bentangan sayapnya sekitar 2 meter.
Rusa Timor juga berkeliaran bebas di kawasan ini dan akan menjadi
pengalaman yang sangat menarik bisa menyaksikan rusa liar di TWA ini. Anda juga
akan dengan mudah melihat burung bangau putih berkaki panjang sedang mencari
makan di sepanjang pantai di TWA ini.
Kalau anda beruntung anda bisa menyaksikan burung kakak tua kecil berjambul
kuning yang asyik bercanda ria di atas pohon cemara. Dan masih banyak lagi
jenis burung yang bermukim di kawasan ini.
Di sepanjang pantai kawasan ini, anda akan melihat bentangan hutan bakau
yang tumbuh subur di atas endapan lumpur dari beberapa kali besar yang bermuara
di selatan Pulau Timor. Anda juga bisa menjumpai kepiting yang sebesar piring
nasi anda.
Ikan muara, udang dan kerang di sekitar TWA Menipo menjadi sumber gizi bagi
masyarakat sekitarnya. Tapi awas, di sepanjang pantai TWA Menipo banyak
berkeliaran buaya muara.
Ada juga ular Sanca Timor yang panjangnya hingga belasan meter yang
berkeliaran di TWA ini. Bahkan ada ular yang memiliki bisa yang sangat
mematikan masih hidup di kawasan ini. Jadi sebaiknya anda dipandu oleh Jagawana
ini saat berkeliling di TWA Menipo.
Sejarah TWA Menipo
Dilihat dari sejarahnya, awalnya kawasan ini ditunjuk sebagai kawasan Suaka
Margasatwa (SM) sesuai Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian Nomor: 749/Kpts/Um/12/1977
tanggal 30 Desember 1977 seluas 2000 Ha dan telah diubah dengan Surat Menteri
Pertanian Nomor: 768/Kpts/Um/12/1978 tanggal 19 Desember 1978 luasnya menjadi
3000 Ha.
Berdasarkan hasil penataan batas tahun 1989 luas kawasan SM. Menipo seluas
2.449,50 ha termasuk di dalamnya Pulau Manipo seluas 571,80 ha.
Pada tanggal 28 Desember 1992 kawasan SM. Menipo diubah fungsi menjadi
Kawasan Taman Wisata Alam Menipo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor:1134/Kpts-II/1992 dengan luas 2.449,50 ha.
Lokasi
Taman Wisata Alam
(TWA) Menipo berada pada wilayah administrasi Desa Enoraen Kecamatan Amarasi
Timur Kabupaten Kupang. Secara geografis
berada pada koordinat antara 10°07’
- 10°13’ LS dan 124°05’
- 124°13’ BT.
Batas administratif TWA
Menipo adalah:
· Sebelah timur: Desa
Bena, Kawasan Taman Buru Bena;
· Sebelah selatan: Laut
Timor;
· Sebelah Barat: Desa
Pakubaun, Desa Oebesi; dan
· Sebelah Utara: Desa
Enoraen, Desa Pathau dan Desa Oemolo.
Potensi Flora
Potensi flora yang dimiliki cukup bervariasi karena tipe vegetasi hutan
kering dan savana. Dominasi flora pada vegetasi tersebut berupa lontar (Borrassus
flabelifer), asam (Tamarindus indica), kesambi (Schleichera
oleosa), dan warn (Hibiscua tiliacius). Tipe vegetasi hutan pantai
ditumbuhi cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan tipe vegetasi hutan
payau didominasi oleh jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora Stylosa,
Ceripos tagal, Bruguiera conyugata dan Bruguiera exaristata.
Potensi Fauna
Potensi jenis satwa liar yang terdapat di daratan Taman Wisata Alam ini antaranya adalah rusa timor (Cervus
timorensis), kera (Macaca fascicularis), babi
hutan (Sus vitatus), biawak (Varanus salvator), dan ular sanca timor (Phyton
timorensis).
![]() |
Rusa Timor di TWA Menipo |
Ada pula berbagai jenis burung, seperti burung camar (Sterna
sp), burung perkici (Tricholosus haematodus), burung
kakatua putih kecil jambul kuning (Cacatua
sulphurea), Elang laut (Haliaretus
leucogaster), raja udang (Halcyon sp), pecuk
ular (Anhinga melanogaster), burung gelatik (Pada
orizyphora), bangau putih (Egretta sacra), burung
perkutut (Geopelia striata), bangau hitam (Ciconia episcopus), dan burung koakiu (Philemon
inornatus).
Selain itu, terdapat pula aneka jenis
fauna perairan dan laut seperti buaya muara (Crocodiles porsus), penyu
belimbing (Dermocheyis coriacea), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu sisik (Eretmochelys
imbricata).
Kegiatan pengamatan satwa prioritas juga dilakukan di kawasan TWA Menipo berupa
inventarisasi Burung Kakak Tua Kecil Jambul Kuning. Selain itu, juga dilakukan pengamatan
Rusa Timor (Rusa timorensis). Keberadaan rusa ini memberikan tambahan
daya tarik wisata yang akan menarik wisatawan datang ke TWA Menipo. Rusa ini
merupakan rusa alam yang beraktifitas di pulau ini.
Potensi Wisata Alam
dan Jasa Lingkungan
Dari kawasan ini, kita dapat menikmati indahnya panorama alam berupa
hamparan laut lepas di pantai selatan. Dan pada malam hari dalam keadaaan
cauaca yang cerah dan laut tenang akan terlihat kelap-kelip cahaya lampu dari
tepi pantai utara Benua Australia.
Selain dapat menikmati alam, para pengunjung bisa memanfaatkan obyek wisata
ini untuk kegiatan memotret. TWA ini memiliki pantai pasir putih yang indah, dan
landai. Gelombang laut yang sanggat tinggi untuk olah raga selancar ombak.
Di samping itu, pandangan dapat melihat langsung Laut Timor menambah
indahnya panorama alam untuk kegiatan wisata. Keindahan pantai ini didukung
oleh terbentuknya pantai yang dangkal sebagai konsekuensi adanya hubungan dekat
dengan daratan Pulau Timor yang diperbaharui oleh pendangkalan laut. Konon
proses ini telah terbentuk ratusan tahun lalu sebagai akibat dari perembesan
ombak laut yang besar.
Kawasan ini juga memiliki padang savanna. Secara ekologis padang savana
disini merupakan turunan dari ekosistem dataran rendah dimana vegetasinya
berubah karena sering terjadinya kebakaran dan penebangan
pohon. Di padang ini kita bisa menyaksikan rusa timor yang sedang mencari makan
dan bermain. Pengunjung bisa memanfaatkan obyek wisata untuk bird watching,
olah raga lintas alam, berkemah dan memotret.
![]() |
Kakatua Jambul Kuning di Menipo |
Tidak hanya itu, di tengah kawasan TWA Menipo ini juga terdapat sumber mata
air tawar yang bisa digunakan sebagai sumber air bersih untuk mandi dan
keperluan air minum selama berada di Pulau Menipo.
Aksesibiltas
Aksesibilitas menuju
kawasan Taman Wisata Menipo dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan darat
melewati 3 (tiga) jalur, yakni :
·
Kupang – Oesao – Oekabiti – Ponain – Tesbatan – Bikoen
–Taman Wisata, sekitar 119 kilometer
dengan waktu tempuh sekitar
empat jam.
·
Kupang – Oesao – Camplong – Takari – Batuputih – Panite – Bikoen – Taman Wisata, 124 kilometer
dengan waktu tempuh sekitar tiga jam dan
empat puluh lima menit.
·
Kupang – Camplong – Silu – Seki – Oemolo – Enoraen –
Taman Wisata, 120 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.
Kondisi Fisik Kawasan
Potensi Fisik yang
dimilik TWA Menipo berupa topografi, tanah dan iklim. Masing-masing potensi
meyebabkan keberagaman vegetasi yang hidup di dalam TWA Menipo. Secara
topografi TWA Menipo memiliki kontur yang datar dengan ketinggian maksimal 40
mdpl. Kelerengan berkisar antara 0 – 8 %. Adapun jenis tanah yang ada di
wilayah tersebut adalah Aluvial dan Kambisol eutrik.
Iklim adalah keadaan rata-rata udara yang ada pada suatu daerah dalam waktu
yang relatif lama. Iklim merupakan fenomena alam yang dapat mempengaruhi
lingkungan geofisik, kehidupan dan manusia.
Perubahan lingkungan geofisik akan mengakibatkan berubahnya tatanan
kehidupan bagi manusia. Kabupaten Kupang umumnya beriklim tropis dan kering
yang juga cenderung dipengaruhi oleh angin dan dikategorikan sebagai daerah
semi arid karena curah hujan yang relatif rendah dan keadaan vegetasi yang
didominasi savana dan stepa.
Iklim di Kabupaten Kupang termasuk iklim kering (semi arid) dengan
tingkat kelembaban udara yang rendah. Curah hujan rata-rata di daerah ini
selama 10 tahun terakhir dari stasiun Panite adalah 185,33 mm/tahun dan
stasiun Oebelo 191,875 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata sebanyak 95
hari. Musim hujan terjadi pada awal bulan Desember dan berlangsung hingga
bulan maret, dengan puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari.
Kondisi Sosial Ekonomi
Budaya
Taman Wisata Alam Menipo memiliki dua buah desa penyangga yang berbatasan
langsung dengan kawasan. Masyarakat kedua desa tersebut sering beraktifitas
disekitar kawasan TWA Menipo sehingga perlu diketahui kondisi sosial, ekonomi
dan budayanya. Berikut ini kondisi sosial ekonomi dan budaya dari kedua desa
tersebut.
Sejarah Desa Enoraen
Desa Enoraen memiliki luas desa 16,92 km2 kondisi topografi
desanya lembah dan landai. Batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Desa
Pakubaun sebelah timur berbatasan dengan Desa Bena sebelah utara berbatasan dengan
Desa Oemolo dan sebelah selatan berbatasan dengan Kawasan TWA Menipo. Pusat
pemerintahan Desa Enoraen berada di Bikoen.
Jarak desa ke Kabupaten Kupang sejauh 29 km. Kepadatan penduduk 78 km/jiwa.
Jumlah Dusun di Enoraen sejumlah 5 dusun Penduduk asli Desa Enoraen merupakan
Suku Timor Amarasi bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Timor
bercampur dengan Bahasa Indonesia.
Demografi Desa Enoraen
Jumlah penduduk Enoraen adalah 1488 terdiri dari 762 penduduk laki-laki dan
726 penduduk perempuan. Berdasarkan jenis pekerjaan jumlah penduduk terbanyak
bermata pencaharian sebagai petani 793 orang, pedagang sebanyak 26 orang, PNS
sebanyak 22 orang, tenaga pendidik 18 orang, nelayan 6 orang, tenaga medis 1
orang dan pensiunan 2 orang.
Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk desa ini paling banyak berijazah
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 842 orang, tidak tamat SD 209 orang, lulusan SMP
sebanyak 156 orang, lulusan SMA sebanyak 132 orang dan lulusan perguruan tinggi
sebanyak 20 orang.
Sarana Prasarana Desa
Enoraen
Desa Enoraen memiliki sarana prasarana dalam menjalankan roda pemerintahan
maupun perekonomiannya. Sarana pendidikan yang dimiliki berupa 3 buah gedung
SD, 1 buah gedung SMP dan 1 buah gedung SMA. Sarana perekonomian berupa 1 buah
koperasi dan 26 kios. Sarana lembaga masyarakat pendukung roda pemerintahan
desa berupa 1 buah BPD, 1 buah LPM, 5 buah lembaga keagamaan, 9 kelompok tani
dan 1 koperasi.
Fasilitas kesehatan di desa ini berupa 1 buah balai pengobatan dan 3 buah
posyandu. Sarana perhubungan desa ini memiliki jalan aspal sepanjang 16 km dan
jalan tanah 4 km. Sarana peribadatan yang ada di desa ini adalah 3 buah gereja
dan 2 buah kapela. Sarana olah raga berupa lapangan bola 1 buah dan 1 buah bola
volley.
Masyarakat Desa Enoraen
Sebagian besar masyarakat Enoraen bermata pencaharian sebagai petani. Penduduknya memiliki
sistem dan struktur masyarakat yang homogen, yaitu merupakan penduduk asli dan
turun temurun lahir, tinggal, dan bekerja di desa tempat tinggal mereka. Oleh
karena itu, hubungan kekerabatan antar penduduk sangat kental terjalin.
Selain peran serta masyarakat dalam pembangunan desa, semangat
kegotong-royongan masyarakat Desa Enoraen juga ada dalam berbagai kegiatan.
Kegiatan kegotong-royongan tersebut antara lain adanya kegiatan gotong-royong
dalam pembukaan lahan dan tanam, gotong-royong dalam memotong, mengangkut dan
memasang kayu untuk rumah serta gotong-royong dalam menggali dan meratakan
tanah.
Kearifan lokal Desa Enoraen
Keraifan lokal masyarakat Enoraen terhadap keberadaaan hutan adanya
larangan penebangan mangrove dan berkomitmen menjaga dan memelihara serta
melestaraikan hutan yang ada di wilayah Enoraen.
Sejarah Desa
Pakubaun
Desa Pakubaun memiliki luas desa 92,27 km2 dengan kondisi
topografi lembah dan landai. Batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Desa
Buraen sebelah timur berbatasan dengan Kawasan TWA Menipo sebelah utara
berbatasan dengan Oebesi dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor.
Ibukota Desa Pakubaun berada di Noehaen. Jarak desa Pakubaun ke Kabupaten
Kupang sejauh 27 km. Kepadatan penduduk 27 km/jiwa. Jumlah dusun di Pakubaun
berjumlah 4 dusun. Penduduk asli Desa Pakubaun merupakan Suku Noehaen bahasa
sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Timor bercampur dengan Bahasa
Indonesia.
Demografi Desa Pakubaun
Jumlah penduduk Pakubaun adalah 2466 terdiri dari 1310 penduduk laki-laki
dan 1156 penduduk perempuan. Berdasarkan jenis pekerjaan jumlah penduduk
terbanyak bermata pencaharian sebagai petani 1403 orang, pedagang sebanyak 16
orang, PNS sebanyak 28 orang, tenaga pendidik 10 orang, nelayan 26 orang,
tenaga medis 1 orang dan pensiunan 2 orang.
Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk desa ini paling banyak berijazah
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 900 orang, tidak tamat SD 50 orang, lulusan SMP
sebanyak 250 orang, lulusan SMA sebanyak 150 orang dan lulusan perguruan tinggi
sebanyak 50 orang.
Masyarakat Desa Pakubaun
Sebagian besar masyarakat Pakubaun bermata pencaharian sebagai
petani. Penduduknya memiliki sistem dan struktur masyarakat yang homogen, yaitu
merupakan penduduk asli dan turun temurun lahir, tinggal, dan bekerja di desa
tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, hubungan kekerabatan antar penduduk
sangat kental terjalin.
Selain peran serta masyarakat dalam pembangunan desa, semangat
kegotong-royongan masyarakat Desa Pakubaun juga ada dalam berbagai kegiatan.
Kegiatan kegotong-royongan tersebut antara lain adanya kegiatan gotong-royong
dalam pembukaan lahan dan tanam, gotong-royong dalam memotong, mengangkut dan
memasang kayu untuk rumah serta gotong-royong dalam menggali dan meratakan
tanah.
Kearifan Lokal Desa Pakubaun
Kearifan lokal masyarakat Pakubaun terhadap keberadaaan hutan adalah adanya
larangan penebangan mangrove larangan perusakan terumbu karang dan senatiasa menjaga
kelestarian lingkungan.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Marius Jelamu yang ditemui
beberapa waktu lalu di Kupang, menjelaskan, TWA Menipo merupakan salah satu
destinasi wisata yang akan dibuka di masa New Normal saat ini. “Taman wisata
ini sungguh indah, seperti surganya Pulau Timor. Hampir semua satwa asli Pulau
Timor dapat kita jumpai di TWA yang terletak di Kabupaten Kupang ini,”
ungkapnya.
Menurutnya, selain TWA Menipo, pemerintah juga akan membuka beberapa TWA
dan Taman Nasional, seperti Kawasan Taman Nasional Kelimutu dan Taman Nasional
Komodo untuk masyarakat di masa New Normal ini. “Tentunya dengan tetap
menerapkan social distancing dan physical distancing. Jadi tetap melaksanakan
protokoler covid dan dibatasi jumlah pengunjungnya,” ujar Marius.
Dengan dibuka kembalinya 2 TWA dan 3 Taman Nasional di NTT, Marius berharap
masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengunjungi daerah
wisata alam yang sehat dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. “Yang
belum menikmati keindahan TWA Menipo dapat memanfaatkan kesempatan ini.
Jaraknya hanya sekitar 100 km dari Kota Kupang,” ajaknya.
Belum lama ini, lanjut Marius, Gubernur NTT, Viktor Laiskodat telah tiba di
TWA Menipo dan menyaksikan langsung keindahan alam dan melihat dari dekat berbagai
jenis satwa liar serta berbagai jenis flora endemik Pulau Timor di TWA itu. “Pak
Gub sudah sampai di TWA Menipo. Dan ini akan menjadi salah satu destinasi
wisata yang didatangi para wisatawan di masa yang akan datang karena TWA ini
unik dan indah,” ujarnya.
Ia berharap, dengan kembali dibukanya TWA Menipo akan menyedot para
wisatawan, khususnya wisatawan domestik. “Pemprov NTT akan bekerjasama dengan
pihak BBKSDA untuk menata dan mempromosikan TWA Menipo agar dapat menjadi salah
satu destinasi utama di daratan Timor,” tandas Marius. (cn/adv/bbksda/ian)
No comments:
Post a Comment