Kupang, Citra Nusa Inline.Com - Yayasan Care Peduli (sebelumnya dikenal dengan Care Internasional) dan CIS Timor melakukan lokakarya penutupan kegiatan di 3 Kabupaten/Kota setelah sekitar 10 tahun berkarya untuk kemanusiaan di daratan Timor pada tanggal 22 Oktober 2020 lalu.
Kegiatan Lokakarya Penutupan Program Care dan CIS itu diselenggarakan oleh Yayasan Care Peduli bekerjasama dengan CIS Timor secara online/daring. Acara tersebut dipandu oleh ibu Juliana Ndolu.
Acara ini dibuka oleh Ibu Bona, CEO Care Indonesia. Dalam sambutannya beliau mengatakan, Care Indonesia dan CIS Timor sebagai mitra pelaksana telah mengimplementasikan Partnership for Resilience (Kemitraan untuk Ketangguhan) di Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kota Kupang. “Tahun 2020 adalah tahun kelima, sekaligus menjadi akhir kegiatan kami,” ujarnya.
CEO Care Indonesua .Ibu Bona
Menurutnya, fokus Care Indonesia pada fase kedua adalah membangun dialog dan berkolaborasi dengan pemerintah dan stakeholders terkait dari level desa hingga nasional. “Hal ini dapat terlihat dengan presentasi kehadiran para peserta pembelajaran ini, di mana pesertanya mulai dari masyarakat desa hingga BAPPENAS Republik Indonesia,” tuturnya.
Kolaborasi stakeholders di berbagai tingkat, lanjutnya, mutlak perlu untuk mendukung pendekatan IMR (Integrated Risk Managment – Pengelolaan Resiko Terpadu). “Tujuan kegiatan selama periode ini adalah mempengaruhi dokumen dokumen perencanaan desa ke dalam dokumen penunjang kebijakan seperti KLHS, RPJMD untuk mendukung tujuan pembangunan bekelanjutan di daerah,” jelas Ibu Bona.
Capaian-capaian selama lima tahun, katanya, akan menjadi model pembelajaran yang akan dibagi dan disebarluaskan. “Karena kami yakin akan bermanfaat untuk program pembangunan keberlanjutan di daerah. Kami percaya, jejak-jejak pembelajaran Care-CIS tidak akan pernah berhenti. Jejak-jejak Care dan CIS, tidak akan hilang,” tandas CEO Care Indonesia.
Sementara itu, Buce Ga, Wakil Direktur Care Indonesia mempresentasikan praktek-praktek baik yang telah dilaksanakan bersama CARE-CIS dan masyarakat dampingan. “Praktek-praktek ini sebagai jejak-jejak kami yang hendak kami bagikan melalui testimoni para champions desa dan kelurahan. Hal ini hendaknya menjadi model pembelajaran bersama pada moment ini,” pintanya.
Pebelajaran bersama yang dihadiri oleh delapan puluh tujuh peserta dari berbagai elemen itu menghadirkan beberapa pembicara, salah satunya adalah Wakil Walikota (Wawali) Kupang, Herman Man. Dalam paparan materinya beliau mengatakan bahwa CARE dan CIS Timor sangat tepat melakukan aksi-aksi kemanusiaan dari sisi ketangguhan bencana. “CARE dan CIS sudah sangat tepat melakukan aksi-aksi ini. Dan semuanya 100% bermanfaat untuk masyarakat,” tuturnya.
Menurut Wawali Herman, kegiatan-kegiatan kebencanaan butuh model pendekatan multi pihak alias pentahelix. “Bencana tidak saja jadi urusan pemerintah, melainkan juga menjadi urusan pengusaha, akademisi, media massa dan masyarakat/LSM,” katanya.
Bila semua pihak bekerjasama, maka akan terwujud kota/daerah yang tangguh. “Kota tangguh berarti, Kota yang tahan bencana. Kecepatan pemulihan serta pelayanan publik yang cepat, tepat dan berbiaya murah. Itulah tiga ciri Kota Tangguh,” tandasnya.
Pada session berikutnya, para champions dari tiga daerah memberikan testimoni tentang praktek-praktek baik yang telah dilakukan bersama Care dan CIS Timor. Praktek-praktek tersebut merupakan jejak-jekak yang ditinggalkan Care dan CIS sebagai sebuah model pembelajaran berkelanjutan bagi siapapun yang ingin belajar.
Yanti Nunuhitu, pengurus Forum Pengurangan Resiko Bencana (F-PRB) Kelurahan Oesapa menceritakan, praktek yang dibuat bersama CARE dan CIS di kelurahan ini. Bahwa Forum PRB kelurahan berhasil bergandengan tangan dengan para pengusaha kecil dan menengah di kelurahan Oesapa untuk mendukung pengurangan resiko bencana.
Forum PRB mengusulkan proposal kepada para pengusaha untuk meminta bantuan dana. “Dana berhasil dikumpulkan sejumlah Rp 17 juta lebih. Dana tersebut sebagian besar digunakan untuk membiayai pembuatan tiga sumur resapan dan 100 lubang biopori. Bantuan pemerintah sangat bermanfaat karena dengan itu, meminimalisir kecelakaan, banjir dan genangan air yang setiap tahun tergenang setinggi lutut orang dewasa pada titik-titik tertentu,” ujar Nunuhitu.
Sementara itu dari kabupaten TTS, Bapak Tenis Tuan mengatakan bahwa satu-satunya keberhasilan yang tidak dilupakan adalah sumur injeksi yang dibuat masyarakat bersama dengan CARE dan CIS Timor. Sumur injeksi ini ternyata menjadi model pembelajaran baik di desanya maupun dari kecamatan lain.
“Sumur injeksi sangat menolong kami di musim kering karena sekalipun kemarau panjang, kami masih memiliki persediaan air untuk kebutuhan pertanian hortikultura. Bila ada wilayah yang ingin mereplikasi model ini, kami siap membantu,” tandas Tenis Tuan mengakhiri testimoninya.
Hal senada juga dikatakan Bapak Azer Naben, Kepala Desa Oelbiteno dalam testimoninya tentang pertanian yang ramah lingkungan. ”Model pertanian ramah lingungan yang diajarkan oleh CARE dan CIS sangat bermanfaat. Kami sebagai pemerintah desa berkomitmen untuk mendukung praktek baik ini melalui Dana Desa,” ujarnya.
Berbagai presentasi dan testimoni kemudian ditanggapi oleh pihak Bappenas (Badan Perencana Pembangunan Nasional). Menurut pihak Bappenas, praktek-praktek yang dilaksanakan oleh Care dan CIS turut menyumbang pada SDGs. “Teristimewa pada tujuan SDGs yang ketiga, kelima dan ketujuh belas. Ini sebuah hal yang luar biasa,” ungkapnya.
Mba Nana mengakihiri pembelajaran bersama tersebut. Ia mengatakan jejak-jejak Care dan CIS yang ditinggalkan, bukanlah akhir dari tujuan kegiatan tersebut, melainkan menjadi Pekerjaan Rumah bersama dalam rangka menciptakan sebuah wilayah yang tangguh bencana. “Jejak-jejak ini kiranya dapat direplikasi oleh siapa saja yang menghendaki sebuah perubahan,” ucapnya.
Untuk diketahui, Care dan CIS Timor telah berkarya di daratan Timor selama 10 tahun. Dua lembaga kemanusiaan itu bekerjasama dalam gerakan peduli sesama dalam karya-karya kemanusiaan. Walaupun kegiatan kemanusiaan dua lembaga tersebut telah selesai, namun karya kemanusiaannya akan menjadi kenangan yang tak terlupakan baik oleh Yayasan Care Peduli (yang dulu bernama Care Internasional), CIS Timor maupun kelompok masyarakat dampingan yang berada di delapan desa dan dua kelurahan yang tersebar di Kabupaten TTS, Kabupaten Kota Kupang dan Kota Kupang.
Kedua lembaga itu hadir melalui kegiatan Jejak-Jejak Pembelajaran yang dikemas dengan sangat bagus oleh IMR Spesialist Care Kupang, Agustinus Padju berkolaborasi dengan Tim PfR CIS Timor, Buche Ga (Wakil Direktur CIS), Roswitha Djaro (Koordinator Program dan Willy Fangidae, Knowledge Management Officer. (cnn/*)
No comments:
Post a Comment