Kota Kupang, Suara Flobamora.Com - Di Hari Bhakti Pekerjaan Umum ke-77, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) NTT telah membenahi (peningkatan dan pemeliharaan, red) sekitar 80 persen dari sekitar 600 kilometer Jalan Lintas Pantai Utara (Pantura, red) Flores.
Demikian dikatakan Kepala Dinas PUPR NTT, Ir. Maxi Nenabu,
MT kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (2/12/22).
“Dari sekitar 600 km
Jalan Lintas Utara Flores, hingga saat ini Dinas PUPR NTT telah membenahi
sekitar 80%. Jadi sekitar 500 km di Pantura Flores dalam kondisi baik
(existing, red),” ujar Nenabu.
Seperti disaksikan Tim Media ini sebagian besar dari panjang
Jalan Provinsi di Pantura Flores telah di hotmix. Jalan tampak lebar dan mulus
ketika dilalui kendaraan. Pemprov NTT telah menuntaskan Ruas dari Buntal
(Manggarai Timur) hingga Riung dan Mbay. Ruas jalan puluhan kilometer yang
biasanya ditempuh hingga berjam-jam, kini dapat ditempuh dalam waktu yang jauh
lebih singkat.
Begitu pula pada ruas Aeramo-Kaburea (hingga Jembatan
‘Miring’ Raterunu 1, red) telah di hotmix. Jalan tampak mulus dan lebar. Tampak
kontraktor pelaksana sedang melaksanakan pekerjaan timbunan bahu jalan. Pada
beberapa titik tanjakan, tampak beberapa kelompok pekerja sedang mengecor bahu
jalan dibantu mobil pencampur beton.
Begitu pula Jalan Provinsi di Ruas Detusoko-Kaburea telah
dihotmix. Jalan yang sebelumnya becek dan berlumpur telah mulus ketika dilalui
kendaraan. Titik-titik tanjakan telah dipotong dan diperlebar. Beberapa titik
jalan di tepi pantai utara yang sebelumnya sempit dan sulit dilalui kendaraan,
kita telah lebar dan mulus.
Menurut Kadis Maxi Nenabu, penanganan Jalan Lintas Utara
Flores tersebut dibiayai dari beberapa sumber dana. “Ada yang dibangun dari
pinjaman Bank NTT, pinjaman dan dana PEN dari Pemerintah Pusat melalui PT. SMI
(Sarana Multi Infrastruktur), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBN Murni,” beber
Nenabu.
Dijelaskan, pembenahan sekitar 2.000 km Jalan Provinsi tidak
dapat dibiayai dari APBD NTT. “Kami sadar bahwa dengan kemampuan keuangan
daerah kita terbatas. Karena itu, kami padukan pembiayaannya. Selain dari
pinjaman daerah, ada juga DAK dan APBN,” kata Nenabu.
Nenabu memaparkan, untuk peningkatan jalan yang membutuhkan
biaya besar, pihaknya mengusulkan melalui DAK. “Bahkan kami juga minta Balai
Jalan Nasional ikut menangani pada ruas-ruas tertentu (antar Kabupaten, red).
Seperti di daerah Buntal, perbatasan Nagekeo dan Manggarai Timur,” ujarnya.
Ia menjelaskan, seluruh Jalur Pantura Flores belum dapat
ditangani karena keterbatasan dana. “Untuk Pantura Flores, khususnya di Utara
Kabupaten Manggarai. Kita sudah usulkan 2 tahun berturut-turut dari DAK. Tapi
Pemerintah Pusat hanya menggelontorkan dana untuk menunjang kawasan pariwisata
di Manggarai Barat,” beber Nenabu.
Pihaknya, kata Nenabu, juga akan menyelesaikan Ruas
Aeramo-Kaburea (perbatasan Nagekeo-Ende, red) yang belum di hotmix. “Termasuk
Jembatan Aeramo (yang berlubang, red) dan ruas Watuapi-Mbay. Saat identifikasi,
ruas ini dalam keadaan baik namun kondisinya mengalami degradasi dalam beberapa
tahun terakhir,” paparnya.
Namun ia berharap, pihaknya akan menuntaskannya pada tahun
2023. “Kita sudah usulkan tapi ini tergantung keadaan ekonomi Indonesia yang
juga terdampak resesi ekonomi dunia. Mudah-mudahan ada dana sehingga usulan
kita bisa terjawab,” katanya. (sf/tim)
No comments:
Post a Comment